Minggu, 29 Desember 2013

Wisata Religi di Surga Pluralisme


Wisata Religi di Surga Pluralisme
Ibarat sebuah pepatah yang mengatakan “ berteduhlah dibawah pohon besar ketika hujan atau panasnya terik matahari “ mungkin sekarang pasnya berteduh di rumah. Karena di bawah pohon masih ketrecesan air dikit lama-lama bisa basah juga. Inilah satu spirit yang mengawali perjalanan sahabat-sahabat Komunitas Lintas Agama dan Kepercayaan Kabupaten Wonosobo, dalam senyapnya suasana sore itu tepatnya pukul 19.15 WIB kamis (06/06). Armada beserta rombongan telah siap mengarungi malam yang agak mendung itu berharap ada cahaya bintang yang terlihat dilangit gelap.
Rombongan pejuang pluralisme Wonosobo yang terdiri dari berbagai agama, keprcayaan dan ormas antara lain perwakilan dari Khatolik, beberapa aliran kepercayaan di Wonosobo, PCNU Kabupaten Wonosobo, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kabupaten Wonosobo (PC PMII Kab. Wonosobo) PC IPNU Kabupaten Wonosobo dan Ahmadiyah Kabupaten Wonosobo. Sudah berada dalam armada Bus ¾ dengan jumlah rombongan 27 orang siap menuju rumahnya segala perbedaan dalam bayang-bayang kehidupan yang tidak amandi Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur yang saat ini di asuh Oleh KH Solahudin Wahid adik dari Sang Pluralisme almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Berbagai canda tawa dalam keakraban lintas agama mengiringi perjalanan kami seakan merasakan indahnya suatu perbedaan tanpa ada baying-bayang rasa takut karena munculnya berbagai komunitas yang mengancam kehidupan minoritas di negri ini dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Yang terakhir kemarin di poso yang saat ini kasusnya juga belum selesai. Kekerasan atas nama agama inilah yang menurut kami rombongan pejuang pluralisme amat sangat tidak sepakat dan orang itu nampaknya harus belajar sejarah Indonesia dulu biar tahu bagaimana hidup di Indonesia seharusnya tidak sok kuasa, sok paling benar, sok paling suci dan sok pahlawan harus sekolah lagi di SD tuh. . celetup salah satu rombongan, disambung dengan tawa kecil dari yang lain.
Tanpa terasa keakraban dan larutnya beberapa rombongan dalam mimpi indahnya hidup berdampingan dalam perbedaan di Tanah Ibu Pertiwi ini, harus terjaga dari mimpinya karena sudah sampai di surganya segala perbedaan berlindung, di Ponpes Tebu Ireng, Jombang. Melepas lelah sejenak dalam terkaman kabut yang cukup tebal pagi itu. Beberapa rombongan melanjutkan dengan sholat shubuh selepas sholat langsung menuju ndalem didepan pondok langsung di sambut oleh Gus Umar Wahid yang juga adik dari Gus Dur. Berdiskusi ria di halaman pondok antara rombongan dan Gus Umar tentang Pondok Pesantren Tebu Ireng yang juga terdapat makam Tokoh film “Sang Kyai”, Hasym Asy’ary, dimana menggambarkan perjuangan beliau dan kaum santri untuk memprtahankan NKRI. Selain makam KH Hasyim Asy’ary juga terdapat makam tokoh besar bangsa ini yaitu KH. Wachid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid srta keluarga besar Ponpes Tebuireng.
Gus Umar menyampaikan bahwa terjadi peningkatan yang sangat drastis dari para peziarah makam-makam tersebut, terlebih setelah bapak pluralism “Gus Dur” dimakamkan disitu. Dari jumlah pengunjung yang awalnya sekitar 400ribu-500ribu peziarah perhari, skarang bisa mencapai 1juta-1,5juta peziarah perharinya. Ini menggambarkan bahwa betapa besarnya perjuangan tokoh egliter, yang juga mantan Presiden RI, Gusdur di Republik ini.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 08.00 WIB keasyikan diskusi santai di pelataran pondok, kami pun diajak masuk ke Ndalem Kasepuhan Gus Solahudin Wahid atau akrab di panggil Gus Solah. Suasana ruang tamu yang begitu historis dengan berbagai dokumentasi foto keluarga dan moment-moment penting yang dialaminya, tak berapa lama Gus Sholah pun menemui kita. Wajah yang sangat humnis menghiasa wajah Beliau, jamaah rombongan lintasagama dari wonosobo yang juga banyak terdiri dari kaum santri langsung berebut untuk bersalaman dengan beliau. Inilah moment yang sangat langka karena jarang sekali bisa bertemu dengan tokoh agama sekaliber Gus Sholah.
Perbincangan yang serius tapi santai pun dimulai dari Romo Sumpono, dari Taman Rohani Anggonggondok, Kertek. Beliau memperkenalkan rombongan satu persatu, dilanjutkan dengan kegamuman beliau akan tokoh Gus Dur, serta keluarga Besar Pondok Tebu Ireng.
“ kami dan saya sangat terkagum dengan perjuangan bapak Pluralisme Gus Dur dalam membela kaum minoritas di Negri ini, sehingga kaum minoritas merasa aman dalam menjalankan segala rutinitas keagamaanya, sikap toleransi yang tinggi pemikiran yang unik dan berbagai hal perjuangan Beliau, kami ingin meminta saran kepada Gus Sholah agar kondisi yang cukup kondusif antar umat beragama di Wonosobo semoga bisa tetap berjalan dan lebih baik lagi, dan toleransi dalam perbedaan beragama di Indonesia tidak menjadi momok yang mengancam kaum minoritas sebagaimana dalam kasus-kasus kekerasan antar umat beragam di berbagai daerah di Indonesia,” . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar