Wisata Religi di Surga
Pluralisme
Ibarat sebuah pepatah yang
mengatakan “ berteduhlah dibawah pohon besar ketika hujan atau panasnya terik
matahari “ mungkin sekarang pasnya berteduh di rumah. Karena di bawah pohon
masih ketrecesan air dikit lama-lama bisa basah juga. Inilah satu spirit yang
mengawali perjalanan sahabat-sahabat Komunitas Lintas Agama dan Kepercayaan
Kabupaten Wonosobo, dalam senyapnya suasana sore itu tepatnya pukul 19.15 WIB
kamis (06/06). Armada beserta rombongan telah siap mengarungi malam yang agak
mendung itu berharap ada cahaya bintang yang terlihat dilangit gelap.
.jpg)
Berbagai canda tawa dalam
keakraban lintas agama mengiringi perjalanan kami seakan merasakan indahnya
suatu perbedaan tanpa ada baying-bayang rasa takut karena munculnya berbagai
komunitas yang mengancam kehidupan minoritas di negri ini dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir. Yang terakhir kemarin di poso yang saat ini kasusnya
juga belum selesai. Kekerasan atas nama agama inilah yang menurut kami
rombongan pejuang pluralisme amat sangat tidak sepakat dan orang itu nampaknya
harus belajar sejarah Indonesia dulu biar tahu bagaimana hidup di Indonesia
seharusnya tidak sok kuasa, sok paling benar, sok paling suci dan sok pahlawan
harus sekolah lagi di SD tuh. . celetup salah satu rombongan, disambung dengan
tawa kecil dari yang lain.
Tanpa terasa keakraban dan
larutnya beberapa rombongan dalam mimpi indahnya hidup berdampingan dalam
perbedaan di Tanah Ibu Pertiwi ini, harus terjaga dari mimpinya karena sudah
sampai di surganya segala perbedaan berlindung, di Ponpes Tebu Ireng, Jombang.
Melepas lelah sejenak dalam terkaman kabut yang cukup tebal pagi itu. Beberapa
rombongan melanjutkan dengan sholat shubuh selepas sholat langsung menuju
ndalem didepan pondok langsung di sambut oleh Gus Umar Wahid yang juga adik
dari Gus Dur. Berdiskusi ria di halaman pondok antara rombongan dan Gus Umar
tentang Pondok Pesantren Tebu Ireng yang juga terdapat makam Tokoh film “Sang
Kyai”, Hasym Asy’ary, dimana menggambarkan perjuangan beliau dan kaum santri
untuk memprtahankan NKRI. Selain makam KH Hasyim Asy’ary juga terdapat makam
tokoh besar bangsa ini yaitu KH. Wachid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid srta
keluarga besar Ponpes Tebuireng.
Gus Umar menyampaikan bahwa
terjadi peningkatan yang sangat drastis dari para peziarah makam-makam
tersebut, terlebih setelah bapak pluralism “Gus Dur” dimakamkan disitu. Dari
jumlah pengunjung yang awalnya sekitar 400ribu-500ribu peziarah perhari,
skarang bisa mencapai 1juta-1,5juta peziarah perharinya. Ini menggambarkan
bahwa betapa besarnya perjuangan tokoh egliter, yang juga mantan Presiden RI,
Gusdur di Republik ini.
Tanpa terasa waktu sudah
menunjukan jam 08.00 WIB keasyikan diskusi santai di pelataran pondok, kami pun
diajak masuk ke Ndalem Kasepuhan Gus Solahudin Wahid atau akrab di panggil Gus
Solah. Suasana ruang tamu yang begitu historis dengan berbagai dokumentasi foto
keluarga dan moment-moment penting yang dialaminya, tak berapa lama Gus Sholah
pun menemui kita. Wajah yang sangat humnis menghiasa wajah Beliau, jamaah
rombongan lintasagama dari wonosobo yang juga banyak terdiri dari kaum santri
langsung berebut untuk bersalaman dengan beliau. Inilah moment yang sangat
langka karena jarang sekali bisa bertemu dengan tokoh agama sekaliber Gus
Sholah.
Perbincangan yang serius tapi
santai pun dimulai dari Romo Sumpono, dari Taman Rohani Anggonggondok, Kertek.
Beliau memperkenalkan rombongan satu persatu, dilanjutkan dengan kegamuman
beliau akan tokoh Gus Dur, serta keluarga Besar Pondok Tebu Ireng.
“ kami dan saya sangat terkagum
dengan perjuangan bapak Pluralisme Gus Dur dalam membela kaum minoritas di
Negri ini, sehingga kaum minoritas merasa aman dalam menjalankan segala
rutinitas keagamaanya, sikap toleransi yang tinggi pemikiran yang unik dan
berbagai hal perjuangan Beliau, kami ingin meminta saran kepada Gus Sholah agar
kondisi yang cukup kondusif antar umat beragama di Wonosobo semoga bisa tetap
berjalan dan lebih baik lagi, dan toleransi dalam perbedaan beragama di
Indonesia tidak menjadi momok yang mengancam kaum minoritas sebagaimana dalam
kasus-kasus kekerasan antar umat beragam di berbagai daerah di Indonesia,” .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar